Oleh: Wahyu Pajri Astuti
Masa anak-anak merupakan masa yang sangat esensial dalam pertumbuhan sehingga harus didukung dengan asupan nutrisi dan gizi yang cukup bagi anak. Asupan nutrisi dan gizi yang cukup dapat mencegah pertumbuhan tidak sempurna, seperti stunting dan gizi buruk. Kedua faktor tersebut berbanding lurus dalam mempengaruhi satu sama lainnya. Lebih lanjut bahwa gizi buruk dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan risiko terjadinya stunting. Berdasarkan Studi Status Gizi Balita dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) prevalensi stunting Indonesia tahun 2019 sebesar 27,7 %.
Prevalensi stunting di Indonesia diharapkan untuk terus turun sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Sebagaimana ditegaskan oleh Wakil Presiden Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin saat diselenggarakan Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat di Istana Wapres, Rabu (11/05/2022) “Prevalensi stunting tahun 2022 harus turun setidaknya 3% melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran, serta didukung data sasaran yang lebih baik dan terintegrasi, pembentukan TPPS dan (penguatan) tingkat implementasinya hingga di tingkat rumah tangga melalui Posyandu”.
Menyikapi hal itu, dalam mendukung program pemerintah Universitas Pendidikan Indonesia melaksanakan Kuliah Kerja Nyata sebagai program pengabdian pada masyarakat. Kegiatan KKN ini diarahkan pada sasaran utama yaitu mahasiswa dan masyarakat itu sendiri. Kegiatan KKN ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus sesuai dengan tema KKN Tematik tahun ini yaitu Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDG’s Desa dan MBKM.
Pada KKN tahun ini, kelompok 151 yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan Pak Kuswanto, M.Pd. mendapat kesempatan untuk melaksanakan program SDG’s poin ke-2 yaitu desa tanpa kelaparan yang memuat 6 program pokok didalamnya yaitu : 1) prevalensi kurang gizi, kurus, stunting, dan anemia, 2) prevalensi kekurangan vitamin dan mineral (zat besi, zink, yodium, vitamin A, folat, dan vitamin B12), 3) prevalensi bayi mendapat ASI eksklusif, 4) kawasan pertanian pangan berkelanjutan, 5) penanggulangan balita dengan keadaan stunting, 6) proporsi kalori dan bahan pangan non-pokok. Sebagai implikasi dalam rangka menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan.
Wahyu Pajri A, sebagai salah satu anggota kelompok 151 sekaligus penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Cimanggu, Kecamaan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sebagai salah satu bentuk program yang telah dilaksanakan oleh penulis yaitu melaksanakan penyuluhan tentang “Proporsi Gizi Seimbang dalam Rangka Pencegahan Stunting pada Anak”. Program ini dilaksanakan pada hari Jumat (22/07/2022) bertempat di Aula Kantor Kepala Desa Cimanggu. Sasaran dari kegiatan ini yaitu diarahkan pada para ibu kader Posyandu pada tingkat RW se-desa Cimanggu. Adapun pertimbangan pemilihan sasaran karena penulis melihat dan menyadari bahwa melalui para kader Posyandu yang berperan sebagai penghubung informasi antara ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan masyarakat umum tentang permasalahan kesehatan disekitar.
Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada para kader Posyandu agar mengetahui tentang pentingnya gizi baik bagi ibu hamil serta untuk anak pada masa pertumbuhan. Selain itu, tujuan lainnya agar dapat mengetahui faktor yang perlu diperhatikan mengenai gizi seimbang sehingga dapat meminimalisir sekiranya terdapat tandatanda anak mengalami stunting. Terdapat 4 materi pokok yang disampaikan dalam penyuluhan, yaitu 1) Mengenal apa itu stunting?, 2) ciri stunting dan dampaknya terhadap anak, 3) Pedoman gizi seimbang, 4) Menentukan proporsi makanan sesuai dengan gizi seimbang.
Salah satu cara yang cukup efektif dalam memberikan pemahaman dan penyuluhan tersebut dengan melalui media gambar dan infografis. Dalam penyampaian materi melalui bantuan powerpoint meningkatkan keantusiasan para kader Posyandu dalam menangkap informasi yang disampaikan. “Penyampaiannya cukup jelas, dan menarik karena dibantu oleh banyak gambar-gambar sehingga kita bisa paham dan yang terpenting ga membosankan” Tutur bu Cahyati sebagai salah satu kader Posyandu.
Dengan demikian, penting untuk terus dilaksanakannnya penyuluhan secara berkala agar terdapat kegiatan baru serta pemahaman lebih jauh tentang kesehatan bagi para kader Posyandu dalam hal ini bertindak sebagai pengarah dilingkungan sekitar. Minimal dengan adanya penyuluhan dan menambah pengetahuan baru dapat diberlakukannya konseling gizi untuk membantu masyarakat untuk mengetahui hal apa yang termasuk dalam pemberian gizi yang seimbang khususnya bagi ibu hamil dan anak pada masa pertumbuhan agar bayi dan anak tumbuh sehat dan kuat. Dengan masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan gizi seimbang serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan ibu hamil dan balita ke Posyandu diharapkan mampu mencegah angka stunting di Indonesia. (*)